TANA TIDUNG, TerasKaltara.id – Langkah antisipasi penyebaran penyakit kaki gajah di Tana Tidung, sosialisasi survei eleminasi filariasis atau kaki gajah dilakukan Dinas Kesehatan (Dinkes) Tana Tidung bersama Kementrian Kesehatan dan Balai Laboratorium Kesehatan Masyarakat (BLKM) Banjarmasin, Kalimantan Selatan pada Selasa (16/7/2024).
Sekretaris Dinkes Tana Tidung, dr. Budi mengatakan pihaknya akan mengambil 600 hingga 700 KK untuk dijadikan sample atau sekitar 1.238 orang. Sejauh ini, kata dia belum ada laporan penderita kaki gajah di Tana Tidung.
“Tetapi pernah dilakukan uji sample setelah pemberian obat, 0,94 atau dibawah 3 persen jadi dinyatakan lulus. Nah ini ada tahapan seterusnya sampai 3 kali tahapan. Di Kaltara yang siap cuma Tana Tidung, sedangkan daerah lain tidak dilakukan pemeriksaan,” ujarnya.
Teknis pengujian sample, cukup mudah dengan mengambil darah dari daerah jari-jari seperti melakukan pengujian glukosa. Pengambilan sample dilakukan mulai pukul 22.00 Wita hingga pukul 02.00 Wita dinihari. Di waktu tersebut, proses cacing filarias keluar ke darah bagian tepi. Sedangkan di siang hari cacing filariasis diam di dalam hati atau organ tubuh lainnya.
“Kalau pengambilan daran di siang hari itu tidak ada terlihat hasilnya. Karena pada malam itu cacingnya bermigrasi ke darah tepi, sehingga bisa kita ambil samplenya. Di jam 10 malam keatas itu cacingnya aktif mengikuti peredaran darah, makanya kita bisa mengambil darah tepi,” bebernya.
- Budi menambahkan, pengujian sample dilakukan selama dua minggu mulai Selasa (16/7/2024) hari ini hingga dua pekan kedepan. Kali ini merupakan kedua pengujian dilakukan di Tana Tidung, setelah sebelumnya dilakukan tahun lalu.
Pengambilan darah juga tidak memiliki resiko apapun, hanya beberapa tetes darah untuk dilakukan pengujian.
“Makanya kami lakukan sosialisasi dulu, dampaknya bagaimana. Sebenarnya bagus untuk masyarakat, karena kita tidak ada yang mengandung cacing atau larva itu, jadi belum punya gejala. Kalau sudah diketahui kan pengobatannya lebih cepat, sebelum menimbulkan kecacatan permanen tadi,” pungkasnya.
Ia menargetkan minimal 3 persen dari total jumlah sample harus lulus dalam pengujian. Sehingga pihaknya mempersiapkan sample 1.238 orang, sedangkan dari BLKM meminta paling sedikit 774 orang. pihaknya mengambil jumlah sample lebih banyak.
Pengambilan sample juga dilakukan secara acak atau random, tidak melihat status sosialnya. Jika namanya termasuk dalam sample, maka wajib diuji untuk memberikan contoh kepada masyarakat.
“Kalau ternyata tidak memenuhi target, akan kami evaluasi ulang pemberian obat dengan sasaran. Kalau terindikasi lebih dari 3 orang untuk positif, itu yang akan kami tindaklanjuti. Ini kebetulan suport anggaran dari APBD Tana Tidung dan provinsi kemudian Kementrian untuk melaksanakan proses pengujian,” ungkapnya. (*/saf)