TERASKALTARA.ID, TANJUNG SELOR – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Bulungan terus memperkuat langkah konkret untuk menekan angka stunting di wilayahnya.
Bersama lembaga kerja sama Jerman, GIZ melalui program Perlindungan Lahan dan Hutan untuk Pembangunan Rendah Emisi (PLHL), Pemkab Bulungan telah menandatangani komitmen kemitraan multipihak yang dilaksanakan di Ruang Rapat Sekda Bulungan.
Kolaborasi ini melibatkan berbagai unsur, mulai dari perangkat daerah, lembaga swadaya masyarakat, organisasi perempuan, hingga kader kesehatan.
Fokus intervensi diarahkan pada dua wilayah prioritas Kelurahan Tanjung Selor Timur dan Desa Jelarai yang masih mencatat kasus stunting cukup tinggi.
Wakil Bupati Bulungan, Kilat, A.Md., menegaskan bahwa persoalan stunting bukan sekadar isu kesehatan, tetapi juga menyangkut masa depan generasi daerah.
“Saya tidak perlu menjelaskan panjang lebar karena semua sudah tahu betapa pentingnya persoalan stunting ini. Namun saya merasa sedih karena masih ada sekitar 38 anak terkena stunting di Tanjung Selor Timur, yang notabene ada di wilayah kita sendiri,” ujar Kilat, Sabtu (8/11).
Ia menekankan perlunya kerja bersama dan keterlibatan aktif di lapangan. Menurutnya, keberhasilan penurunan stunting tidak cukup hanya dengan program, tetapi harus melalui pemantauan langsung, deteksi dini, dan pendampingan keluarga.
“Kita harus turun langsung agar tahu kendala masyarakat. Posyandu dan PKK harus terus diberdayakan untuk mendeteksi dan menindaklanjuti kasus stunting,” tegasnya.
Wabup juga mengingatkan pentingnya pelaporan berbasis data akurat, dengan sistem by name by address agar setiap kebijakan memiliki hasil yang terukur.
“Laporan selanjutnya harus mencantumkan data lengkap, karena ini menyangkut masa depan anak-anak kita. Saya ingin desa dan kecamatan lain termotivasi untuk ikut menurunkan angka stunting,” imbuhnya.
Sementara itu, Kepala Bappeda dan Litbang Bulungan, Iwan Sugiyanta, ST., MT., menyebut angka stunting di Bulungan menunjukkan tren positif.
“Pada 2023 prevalensi stunting di Bulungan mencapai 22,6 persen, kini turun menjadi 15,9 persen. Ini berkat kerja bersama seluruh sektor,” ungkapnya.
Penurunan itu tak lepas dari dukungan lintas lembaga. BAZNAS memberikan bantuan bagi keluarga berisiko stunting, Kementerian Agama aktif mencegah pernikahan dini, sementara Dinas Kesehatan memperluas distribusi tablet tambah darah untuk remaja putri di sekolah-sekolah.
Meski begitu, Iwan menyoroti masih adanya keluarga yang belum memiliki fasilitas sanitasi memadai.
“Masih ada keluarga yang secara ekonomi mampu, tapi belum memiliki jamban keluarga yang layak. Sanitasi menjadi tantangan yang harus segera diselesaikan,” katanya.
Melalui komitmen bersama ini, Pemkab Bulungan berharap langkah sinergis antara pemerintah, lembaga mitra, dan masyarakat dapat mempercepat penurunan angka stunting serta meningkatkan kualitas hidup anak-anak di daerah tersebut.(Tk12).






