Di Balik Panen Jagung Bersama Bupati: Mengulik Efektivitas Program Pesat dan Arah Ketahanan Pangan Daerah

Suasana panen jagung di Jalan SPN, lokasi yang menjadi sorotan dalam evaluasi program Pesat terkait pemanfaatan lahan dan produktivitas pertanian.
Suasana panen jagung di Jalan SPN, Malinau Barat, lokasi yang menjadi sorotan dalam evaluasi program Pesat terkait pemanfaatan lahan dan produktivitas pertanian. (Foto: Ist).

TERASKALTARA.ID, MALINAU – Panen jagung yang dilaksanakan Bupati Malinau, Wempi W. Mawa bersama anggota Satgas Pesat di Jalan SPN, Malinau Barat, Selasa (25/11), bukan sekadar kegiatan lapangan biasa.

Di balik hamparan tanaman yang dipanen, ada cerita soal strategi ketahanan pangan, pergeseran pola pemanfaatan lahan, hingga beban target besar yang kini bertumpu pada program Pesat.

Dalam kegiatan itu, Wempi menegaskan panen jagung harus dibaca sebagai hasil nyata, bukan seremoni.

Jagung yang tumbuh di lahan tidur menurutnya menjadi bukti pendekatan “tumpang sari” mampu memberi manfaat ekonomi bagi petani dan anggota satgas.

Namun di balik pernyataan tersebut, tersirat satu pertanyaan utama: sejauh mana program Pesat benar-benar mampu menopang ketahanan pangan Malinau?

Lahan Tidur Jadi Sorotan: Potensi Besar, Realisasi Belum Merata

Wempi menekankan bahwa keberhasilan panen ini menjadi contoh bahwa lahan kecil pun bisa produktif.

Ia mendorong anggota Pesat untuk tidak bergantung pada ritme kerja formal, melainkan memanfaatkan waktu luang untuk menanam sayuran, buah, hingga komoditas lain.

Pernyataan itu sekaligus menyinggung realitas bahwa sebagian lahan produktif di Malinau masih belum optimal digunakan.

Bupati secara terbuka menyebut bahwa peluang komoditas seperti pepaya (Kates), sayuran, dan buah harian sangat besar, terutama untuk menopang program makan bergizi gratis bagi sekitar 24 ribu pelajar.

Artinya, kebutuhan pangan harian cukup besar dan belum semuanya dipenuhi dari produksi lokal.

Pendanaan Pesat Capai Rp9 Miliar: Investasi atau Tantangan Pengawasan?

Wempi mengungkap bahwa program Pesat kini mempekerjakan 387 anggota dengan nilai anggaran sekitar Rp9 miliar.

Angka ini bukan kecil dan menurut Bupati, jika target tercapai, alokasinya bisa dilipatgandakan.

Namun dari sudut pandang pengawasan publik, angka besar itu menimbulkan pertanyaan tentang efektivitas penggunaan anggaran, kesesuaian output lahan produktif dan bagaimana hasil tanam benar-benar kembali ke masyarakat.

Wempi menegaskan bahwa pemerintah “tidak rugi” karena manfaatnya kembali ke warga.

Tapi ukuran keberhasilan program masih ditentukan oleh kemampuan Pesat membuka lebih banyak lahan produktif sesuatu yang belum dipaparkan secara detail perkembangannya dalam kegiatan panen ini.

Ketahanan Pangan dan Agenda Besar: Ambisi Ekspor

Bupati kembali menyoroti visi besar Kabupaten Malinau kedepan yaitu tidak lagi bergantung pada pasokan luar daerah untuk beras, jagung, daging, dan buah, bahkan berharap suatu saat dapat berbalik menjadi eksportir.

Hal ini memperlihatkan arah pembangunan jangka panjang, namun juga membuka ruang evaluasi: sejauh mana jalur produksi telah dirumuskan secara konkret? Program Pesat menjadi tulang punggungnya, namun kapasitas produksi saat ini masih bertahap.

Program Pesat Jadi Perhatian Nasional

Wempi juga mengakui bahwa program Pesat mulai dilirik media nasional, menunjukkan eksposure publik yang meningkat.

Tetapi atensi publik biasanya berbanding lurus dengan tuntutan transparansi dan akuntabilitas.

Karena itu, panen jagung kali ini lebih tepat dipahami sebagai momentum evaluasi terbuka sekaligus ujian bagi keberlanjutan program.

Ajakan Produktivitas untuk Anggota Satgas

Menutup arahannya, Bupati meminta seluruh anggota Pesat tetap produktif, kompak, dan menjaga semangat kerja.

Ia membuka peluang agar hasil tanam satgas bisa dipasarkan melalui mekanisme pasar Pesat agar menjadi pendapatan tambahan.

Seruan ini menggarisbawahi bahwa Pesat tidak hanya program lapangan, tetapi juga skema ekonomi mikro yang menuntut disiplin, kreativitas, dan komitmen dari anggotanya.(Tk12).

Pos terkait