DPRD Tarakan Usul Normalisasi DAS Atasi Banjir

Img 20240528 wa0010 teraskaltara. Id
Dino Andrian

 

TARAKAN, TerasKaltara.id – Persoalan banjir masih menjadi tugas rumah yang belum terselesaikan hingga saat ini. Hujan dengan durasi yang cukup lama, minimal satu hingga 2 jam saja sudah mengakibatkan sejumlah jalan tergenang air.

Anggota Komisi III DPRD Tarakan, Dino Andrian menilai masalah banjir ini tidak lagi dihadapi masyarakat dan pemerintah Kota Tarakan. Pada janji politik Wali Kota 2014-2019 saat itu, menurutnya slogannya Tahun 2019 Tarakan bebas banjir.

“Dalam konteks saya sebagai kader Hanura yang mendukung Khairul dan Effendi Djuprianto sebagai calon dan wakilnya saat itu, memang tidak kami masukkan dalam program prioritas kepala daerah. Karena kami pikir kan sudah selesai persoalan banjir,” katanya, Selasa (28/5/2024).

Namun, ternyata persoalan banjir masih tersisa di masa jabatan Khairul sejak Tahun 2019. Nanti pihaknya akan melakukan pembahasan lagi dengan pemerintah, untuk memaparkan beberapa solusi yang bisa digunakan.

Salah satunya, normalisasi daerah aliran sungai (DAS). Memang jika dilihat sepintas terjadi sedimentasi dan pendangkalan di parit utama.

“Terutama di Jalan Mulawarman itu kan hampir tidak pernah dilakukan normalisasi. Nanti kami akan agendakan rapat dengan organisasi perangkat daerah (OPD) untuk membuat program kerja yang akan dilakukan dalam waktu sesegera mungkin,” tuturnya.

Selain itu, kontroling terhadap pembangunan yang dilakukan masyarakat juga perlu dilakukan segera. Berdasarkan laporan yang ia terima, ada beberapa titik yang merupakan DAS ternyata justru ada kegiatan pembangunan masyarakat.

Contohnya di Jalan Mulawarman, Gang Nipah sebagian besar DAS sudah terganggu dengan aktivitas pembangunan masyarakat.

“Nanti kami minta pemerintah, terutama leading sektor di Kelurahan untuk bisa mengedukasi warga. Terutama warga yang melakukan pembangunan yang bisa menyebabkan banjir semakin sering terjadi,” ungkapnya.

Ia juga rencananya akan memberikan masukan kepada pemerintah, yaitu memperluas wilayah catchment area atau daerah tangkapan air. Seperti perluasan kawasan hijau di beberapa wilayah yang memiliki potensi penyimpangan air bawah tanah.

Menurutnya kondisi banjir saat ini agak unik, hanya terjadi genagan air saat hujan lebat dan diperparah ketika air laut pasang. Berbeda dengan di daerah lain yang hingga berhari-hari.

“Saya meminta pemerintah siapkan daerah tangkapan air. Harapannya ketika terjadi hujan lebat, air tidak langsung mengalir dari hulu ke hilir, tetapi bisa meresap ke dalam tanah. Saya kira solusi ini bisa dilakukan pemerintah, dengan memperluas wilayah tangkapan air itu,” tandasnya. (*/saf)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *