BANDUNG, TerasKaltara.id – PT Pertamina Hulu Indonesia (PHI) berhasil mencatatkan pencapaian signifikan dalam mendukung implementasi kebijakan net zero emission Pertamina dengan melampaui target dekarbonisasi tahun 2024.
Hingga Oktober 2024, PHI berhasil mengurangi emisi karbon hingga 198 Kton CO2e, atau 44,6% lebih besar dibandingkan target year to date (YTD) yang ditetapkan.
Pencapaian ini menunjukkan komitmen PHI dalam mendukung pengurangan emisi karbon dari kegiatan operasi dan bisnis hulu migas perusahaan.
Atas pencapaian ini pula, PHI memperoleh apresiasi berupa penghargaan Excellence Decarbonization Performance dalam Acara Upstream Decarbonization Annual Meeting yang diselenggarakan oleh Fungsi Production & Project Subholding Upstream di Bandung pada 20–22 November 2024.
Prestasi PHI diraih atas keberhasilan di 10 wilayah kerja anak usaha dan afiliasinya yang meliputi Zona 8, Zona 9, dan Zona 10.
VP Production & Project PT Pertamina Hulu Energi (PHE) Benny Hidajat Sidik menjelaskan bahwa realisasi dekarbonisasi di lingkungan Subholding Upstream hingga Oktober 2024 mencapai 996 Kton CO2e dengan prognosa reduksi tahun 2024 mencapai 1185 Kton CO2e atau lebih dari 110 persen dari target KPI.
“Komitmen net zero emission pada tahun 2060 atau lebih cepat, diharapkan dapat tercapai melalui strategi inisiatif dekarbonisasi diantaranya teknologi baru (CCS/CCUS), inisiatif optimalisasi produksi, inisiatif elektrifikasi menjadi energi terbarukan, pelepasan dan penghentian produksi, offsetting atau pembelian kredit karbon,” ungkapnya.
Jejak dekarbonisasi di PHI dan anak perusahaannya menunjukkan estimasi total penurunan emisi hingga 42 persen dari target tahun 2024.
Prognosis ini diharapkan mencapai angka 233 Kton CO2e hingga akhir tahun. Beberapa inisiatif strategis mendukung pencapaian tersebut. Seperti penggunaan biosolar sebagai bahan bakar untuk armada laut di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Mahakam (PHM).
Optimalisasi penggunaan gas internal oleh PT Pertamina EP (PEP) Sangatta untuk meningkatkan efisiensi operasional, dan konversi bahan bakar diesel ke B35 pada kegiatan operasi serta transportasi laut di wilayah kerja PT Pertamina Hulu Kalimantan Timur (PHKT).
Melalui program-program inovatif tersebut, PHI juga terus berkomitmen dalam mengembangkan bisnis hijau (green business).
Dengan pendekatan berkelanjutan, perusahaan ini tidak hanya berkontribusi pada pencapaian target emisi nasional tetapi juga menjadi pelopor dalam transformasi energi ramah lingkungan di sektor migas.
Dalam kesempatan yang sama, VP Sustainability Strategy PT Pertamina (Persero), Suripno, menegaskan bahwa Pertamina fokus pada penyeimbangan tiga pilar ESG (Environmental, Social, Governance) untuk menjadi perusahaan energi global yang terkemuka.
“Fokus utama dalam mitigasi perubahan iklim mencakup pengurangan emisi scope 1 dan 2, reduksi emisi metana, zero routine flaring, dan penggunaan listrik dari sumber rendah karbon,” ujarnya.
Pencapaian perusahaan dalam reduksi emisi karbon menjadi bukti nyata bahwa transformasi energi hijau dalam sektor migas dapat dilakukan dengan inovasi yang berkelanjutan dan strategi yang tepat.
PHI tidak hanya memenuhi target perusahaan tetapi juga menunjukkan kontribusi besar terhadap pencapaian tujuan nasional dalam pengurangan emisi.
Keberhasilan ini menjadi inspirasi bagi industri lain untuk mengadopsi langkah serupa dalam mendukung keberlanjutan lingkungan dan masa depan yang lebih hijau. (*)