11.410 Warga Kaltara Beresiko Terkena Serangan Jantung

Img 20240727 101220 teraskaltara. Id
Dr. dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP(K), MARS

Dorong semua Rumah Sakit di Kaltara Punya Cath Lab Tangani Pasien Jantung

 

TARAKAN, TerasKaltara.id – Hingga saat ini penyakit jantung dan pembuluh darah atau kardiovaskular masih menjadi penyebab kematian tertinggi di dunia. Berdasarkan riset kesehatan dasar (riskesdas) Kementrian Kesehatan, 1,5 persen dari populasi suatu daerah memiliki penyakit jantung koroner (PJK). Dengan jumlah penduduk Kaltara, 760.724 jiwa di Tahun 2024 ini maka ada sekitar 11.410 orang yang rentan memiliki PJK.

“Lalu dari Framingham Study Jantung, ada sekitar 26 persen dari 11.000 lebih itu atau sekitar 2.966 orang yang memiliki resiko tinggi. Taruhlah 10 persennya, berarti ada sekitar 200 orang rentan terkena serangan jantung,” kata Ketua Pengampu Jejaring Rujukan Kardiovaskular dan Rujukan Nasional Kardiovaskular, Dr. dr. Hananto Andriantoro, Sp.JP(K), MARS., Sabtu (27/7/2024).

Hal ini yang membuat RSUD dr. H. Jusuf SK mendapatkan bagian dalam pengadaan Laboratorium Kateterisasi Jantung dan Pembuluh Darah atau Catheterization Laboratory (Cath Lab) yang didanai melalui Kementrian Kesehatan.

Program pengampuan yang diluncurkan Kementrian Kesehatan, mulai Tahun 2024 dan ditarget hingga Tahun 2027 menyasar ke 400 rumah sakit di Indonesia. Diharapkan bisa meratakan program Kardiovaskuler disemua provinsi.

“Tugas Gubernur yang meratakan program Kardiovaskuler itu di provinsinya. Usulan dari Gubernur, misalnya pemerintah memberikan Cath Lab, tapi ruangan, ICU dan SDM harus dipersiapkan daerahnya. Kalau Kabupaten tidak siap, Gubernur yang harus mendorong,” tegasnya.

Dalam Nota Kesepahaman Nota Kesepahaman Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Dalam Negeri RI, dan Kementerian Keuangan RI tentang Akselerasi Sinergi Program Rumah Sakit Jejaring Nasional pada November Tahun 2021. Disebutkan, mengakselerasi program rumah sakit jejaring yang mampu memberikan layanan kesehatan bagi masyarakat untuk penyakit katastropik kardiovaskuler sekaligus memberikan alokasi pendanaan.

Selain itu, hal lain yang mendasari pemerintah mengadakan pelayanan kardiovaskular ini karena banyak penyebab di Indonesia. Salah satunya, letak geografis yang merupakan kepulauan membuat transportasi menjadi kendala pasien menuju ke center medis jantung.

“Kalau di Jawa tidak masalah. Tapi, di Kalimantan atau Sulawesi dan Sumatera misalnya, terus NTT, NTB dan Maluku sampai Papua kan penduduknya cukup banyak. Sedangkan transportasi di daerah Maluku dan NTT saja sangat tergantung cuaca,” ujarnya.

Sementara, orang yang terkena serangan jantung atau infark miokard akut harus dipasang ring dalam kurun waktu 6 jam. Jika tidak, maka bisa terjadi kematian otot jantung. Akibatnya, masif dan bisa mengakibatkan meninggal dunia. Namun, jika kematian otot jantung tidak masif maka akan bisa menjadi gagal jantung.

Pasien yang gagal jantung, diawali dengan serangan jantung memiliki ketahanan hidup misalnya dari 100 orang selama 5 tahun hanya tersisa 34 orang. Sehingga, kelangsungan hidup 5 tahun orang yang memiliki gagal jantung lebih buruk dibandingkan pasien kanker payudara.

“Five-year survival (kelangsungan hidup lima tahun) pasien kanker payudara itu sekarang menjadi lebih bagus karena deteksi dini dan operasi payudara lebih aktif. Angka kematian 5 tahunnya bisa turun. Kalau di Kardiovaskuler dari 100 orang yang masih hidup 34 orang dan sisanya meninggal,” kata pria yang juga merupakan Direktur Utama Rumah Sakit Jantung Harapan Kita.

Jika terlambat pada penanganan awal penderita jantung bisa mengakibatkan kematian, terlebih lagi di Kaltara dengan transportasi antar daerah yang masih harus menggunakan jalur laut dimungkinkan sulit bisa mendapatkan perawatan medis dalam 6 jam.

“Kalau orang terkena serangan jantung, layak tidak menggunakan speedboat. Sehingga, Nunukan dan Bulungan harus punya (unit penanganan medis jantung),” tandasnya.

Namun, yang menjadi permasalahan lainnya, setiap provinsi memiliki kemampuan finansial yang berbeda. Sedangkan dari sisi transportasi juga menjadi penting. Seperti daerah kepulauan seharusnya mempunyai speedboat ambulance.

“Tapi, biayanya memang besar dan itu menjadi kendala. Saya diminta Pak Menteri hanya sampai di tingkat provinsi. Selanjutnya, rumah sakit di Kabupaten Kota, bisa dokter di rumah sakit provinsi itu yang membantu dengan berjenjang. Kita harapkan Tahun 2045 sudah rata, semua rumah sakit punya Cath Lab,” harapnya. (saf)

 

Pos terkait