TANJUNG SELOR, TerasKaltara.id – Berdasarkan data Survei Kesehatan Indonesia (SKI) Tahun 2023, Bulungan berada pada posisi teratas untuk jumlah anak yang menderita stunting dengan persentase 22,6 persen.
Setelah Bulungan, disusul Malinau di urutan kedua dengan persentase 20,5 persen dan Nunukan 14,8 persen. Dibawahnya ada Tana Tidung 15,1 persen dan di urutan paling bawah Tarakan dengan 14,8 persen. Sedangkan Kaltara secara umum memiliki persentase 17,4 persen penderita stunting.
“Tingginya angka stunting di Bulungan tentu menjadi perhatian,” ujar Bupati Bulungan, Syarwani, Jumat (21/6/2024).
Stunting merupakan gangguan pertumbuhan dan perkembangan anak akibat kekurangan gizi dalam jangka panjang. Penyebabnya, bisa dikarenakan malnutrisi yang dialami ibu saat hamil atau anak pada masa pertumbuhannya.
Syarwani menambahkan angka stunting di Bulungan ini masih terbilang cukup tinggi. Sehingga perlu kerjasama semua stakeholder terkait untuk bisa menekan angka stunting, melalui program daerah.
“Saya harapkan juga data ini bisa menjadi dasar kita melakukan langkah praktis terkait dengan penanganan stunting. Melalui program pencegahan yang dilakukan akan menjadi langkah jangka panjang untuk memastikan Bulungan zero stunting,” imbuhnya.
Pemerintah daerah juga sudah melakukan berbagai upaya untuk menekan angka stunting, salah satunya dengan membentuk Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) hingga ke tingkat desa dan kelurahan.
Nantinya melalui tim yang sudah dibentuk ini akan memudahkan gerakan dalam menekan angka stunting di Kabupaten Bulungan. Termasuk melibatkan semua unsur terkait, diantaranya TNI dan Polri.
“Melalui tim ini kita harapkan terbangun sinergi dan kolaborasi dalam upaya pencegahan stunting. Kami juga sudah menjalin kerjasama dengan Kementerian Agama dalam mensosialisasikan stunting kepada calon pengantin,” tuturnya.
Menurutnya, melalui sosialisasi stunting sebelum pernikahan, maka akan sangat berpotensi menurunkan jumlah stunting di Bulungan.
Jika edukasi disampaikan lebih awal kepada calon pengantin, maka bisa memberikan pemahaman kepada para remaja calon pengantin tentang cara pencegahan stunting.
“Kalau tidak disampaikan lebih awal, sebelum pernikahan maka dikhawatirkan ketika menjalani kehidupan rumah tangga, potensi stunting ini akan muncul. Makanya kami selalu sampaikan pencegahan stunting ini harus dilakukan oleh semua kalangan,” tandasnya.
Terutama kepada para ibu hamil yang nantinya akan melahirkan generasi dan diharapkan bebas dari stunting. Namun, menuju ke langkah tersebut diperlukan komitment bersama. Termasuk kepada ibu hamil, agar selama kehamilannya bisa meminimalisir potensi stunting.
“Termasuk juga peran dari bidan yang ada di tingkat kecamatan maupun di puskesmas itu menjadi sangat penting. Semua pihak harus berperan sesuai tugasnya masing-masing untuk membantu Bulungan Zero Stunting,” pungkasnya. (rn)