TARAKAN, TerasKaltara.id – Peredaran narkotika yang semakin meningkat di Kaltara cukup memprihatinkan dan perlu perhatian semua pihak. Melalui Hari Anti Narkoba Indonesia (HANI), bukan merupakan perayaan melainkan keprihatinan dengan prevelensi hingga 1,7 persen di Kaltara.
“Berarti ada sekitar 12.000 warga kita yang terjerat dalam penyalahgunaan narkoba,” ujar Kepala BNNP Provinsi Kaltara Brigjen Pol Hisar Siallagan, usai kegiatan Peringatan HANI bersama Gubernur Kaltara, Rabu (26/6/2024).
Sebelum ini, berbagai pertanyaan juga ditujukan kepadanya terkait peredaran narkotika di Kaltara yang seperti tidak ada habisnya. Menurutnya memang sudah waktunya keseriusan aparat yang ditingkatkan kembali.
Jika semua aparat, TNI, Polri maupun instansi pendukung lainnya sudah sangat serius dipastikan bersih narkotika. Dalam setahun saja, sudah cukup banyak ASN yang dipecat lantaran terlibat narkotika.
“Jenderal pun kita penjarakan, tidak pandang bulu. Jumlah narapidana di Lapas Tarakan juga saat ini 70 persen pelaku narkoba. Di Bulungan, rumah tahanannya diisi 80 persen pelaku narkotika,” ungkapnya.
Ia menambahkan, tema HANI internasional tahun ini dengan bukti yang sudah jelas berinvestasi lah dalam pencegahan. Bisa dimulai dari permintaan yang dimatikan, setelah pasar tidak ada maka narkoba tidak ada di Indonesia.
Salah satu upaya kebijakan yang sudah dilakukan, harus didukung juga dengan media termasuk media sosial. Semua organisasi media ini harus bersatu menyuarakan bahaya narkotika.
“Saya apresiasi cara Gubernur Kaltara mengantisipasi peredaran narkoba melalui pemeriksaan urine untuk anak SMP yang mau masuk SMA. Jadi jauh dari narkoba. Mau nilai bagus tapi terlibat narkoba, dipastikan tidak dapat sekolah yang diinginkan,” tandasnya.
Tidak hanya di sekolah, melainkan perusahaan yang berinvestasi di Kaltara juga sudah mulai mewajibkannya tes urine sebagai syarat diterima bekerja. Belum lama ini pihaknya menerima informasi salah satu perusahaan di Tarakan mendapati 20 calon pekerjanya memiliki urine positif narkotika.
“Langsung ditolak. Sama seperti perusahaan media, dan organisasinya kalau ditemukan ada anggotanya yang positif sabu langsung ditolak. Kalau semua berinvestasi ke pemberantasan narkotika, pasar akan turun dan barang tidak akan datang,” tegasnya.
Sama halnya dengan masyarakat pesisir, pihaknya juga sudah mensosialisasikan bahaya narkoba belum lama ini. Ia kembali mengingatkan uang yang didapatkan dari hasil narkoba merupakan tangis dari ibu yang anaknya terpapar narkoba. Apalagi memungkinkan pecandu kehilangan nyawa.
“Jangan pura pura tidak tahu kalau mendapatkan keuntungan dari narkoba, itu tangis ibu yang anaknya kehilangan nyawa dan masa depan akibat narkoba,” tandasnya.
Ia mengajak seluruh pihak bersinergi dan bekerjasama. Aparat bergerak melakukan pengungkapan untuk meminimalisir peredaran narkotika di Kaltara. Sebagai upaya menyelamatkan bangsa.
“Menjadi warning, siapa yang pakai ya jauhi. Itu sudah pasti menutup masa depan,” tegasnya. (*/saf)