TANJUNG SELOR, TerasKaltara.id – Sebelum melakuan audiensi di dalam ruangan bersama Ketua STIE Bulungan Tarakan (Bultar) di Bulungan, aksi unjuk rasa terkait dugaan oknum Dosen yang melakukan pungutan liar (pungli) sempat memanas.
Mahasiswa awalnya menolak audiensi di dalam ruangan, hingga berujung Ketua STIE Bultar, Marso mengeplak topi yang digunakan salah satu mahasiswanya menggunakan tangan kosong.
Marso sendiri saat dikonfirmasi mengatakan emosinya tersulut saat sedang adu argumen dengan mahasiswa yang tetap meminta audiensi dilakukan di halaman kampus, tempat para mahasiswa menggelar aksi.
“Semua orang punya karakter yah. Saya sudah minta tidak mau di lapangan (untuk audience). Karena saya kalau sudah lama-lama berdiri, bisa emosi. Kan sebenarnya saya juga sudah berikan solusi ke mahasiswa, apa yang menjadi tuntutannya,” ujar Marso.
Namun, solusi yang disampaikan dimintanya dibahas bersama mahasiswanya di dalam ruangan. Dengan pertimbangan tempat yang layak untuk membahas tentang tuntutan para mahasiswa.
“Katanya mahasiswa, saya tidak mau ketemu. Padahal saya mau, tapi didalam ruangan. Malah mahasiswa bilang diluar. Terus saya tanya, siapa yang mengatur, dijawab sama mahasiswa mereka (mahasiswa) punya hak. Saya tahu, mahasiswa punya hak, tapi saya minta audiensinya di dalam ruangan,” jelasnya.
Namun, aksi yang sempat memanas kemudian mereda setelah disepakati audiensi dilakukan di dalam ruangan.
Sementara, Koordinator Lapangan (Korlap) aksi demo, Farel Izha Mahendra mengaku menyayangkan sikap Ketua STIE Bultar saat menghadapi mahasiswa. Menurutnya, tindakan tersebut bisa menjadi perbuatan arogansi kepada mahasiswa. Dampaknya bisa berpengaruh negatif terhadap kampusnya sendiri.
“Dampaknya buruk bagi eksistensi Ketua sendiri maupun STIE Bultar. Teman-teman cukup menyayangkan adanya hal itu. Tindakan yang dilakukan oleh Ketua secara tidak langsung memberi image (penilaian) buruk bagi lembaga dan Ketua (STIE Bultar) itu sendiri,” tuturnya.
Meski demikian, ia katakan ketegangan terjadi karena murni kondisi di lapangan yang sedang terjadi perdebatan. Terlebih lagi, aksi yang dilakukan berkaitan dengan kinerja oknum dosen yang diduga melakukan pungli dan pemerasan terhadap mahasiswa.
“Kami tahu mungkin itu memang murni emosional beliau, hal yang wajar. Tapi, tetap kami sayangkan,” katanya. (rn)