Lima Tokoh Agama Satu Panggung di Malinau, Harmoni Toleransi Bergaung di Bumi Intimung

Para tokoh lintas agama bergandeng tangan bersama Bupati Malinau di Panggung Padan Liu’ Burung sebagai simbol persatuan dan toleransi dalam dialog lintas iman bertema “Kasihi Penciptamu, Kasihi Sesamamu”, Kamis (23/10/2025) malam.
Para tokoh lintas agama bergandeng tangan bersama Bupati Malinau di Panggung Padan Liu’ Burung sebagai simbol persatuan dan toleransi dalam dialog lintas iman bertema “Kasihi Penciptamu, Kasihi Sesamamu”, Kamis (23/10/2025) malam. (Foto : Ag).

TERASKALTARA.ID, MALINAU – Suasana penuh kehangatan dan tawa mewarnai Panggung Budaya Padan Liu’ Burung, Kamis (23/10/2025) malam. Untuk pertama kalinya, lima tokoh lintas agama tampil bersama dalam dialog interaktif bertajuk “Kasihi Penciptamu, Kasihi Sesamamu”, yang menjadi simbol kuatnya semangat toleransi dan kebersamaan di Kabupaten Malinau.

Acara yang dikemas dalam format “ngobrol bareng” ini diinisiasi oleh Pemerintah Kabupaten Malinau sebagai bagian dari rangkaian HUT ke-26 Kabupaten Malinau dan Festival IRAU ke-11.

Dialog lintas iman ini bertujuan mempererat keharmonisan dan memperkuat semangat kebersamaan di tengah keberagaman masyarakat Bumi Intimung.

Lima tokoh agama hadir di atas panggung dengan gaya santai dan penuh keakraban. Mereka adalah Ustadz H. Abey Ghifran, S.Th.I., Cht (Islam), Pdt. Marcel Saerang, S.E., M.Th (Kristen Protestan), Romo Antonius Antara, Pr (Katolik), Yan Mitha Djaksana (Hindu), dan Bhikkhu Dhamma Subho Mahathera (Buddha).

Dipandu oleh Presenter Kamidia Adisti, suasana diskusi berlangsung cair dan hangat. Para pemuka agama bahkan beberapa kali mencairkan suasana dengan candaan ringan yang mengundang gelak tawa penonton.

“Ustadz bisa istri empat, tapi kasihan Bhante dan Romo yang tidak bisa menikah,” ujar Pdt. Marcel disambut tawa riuh para penonton.

Meski penuh kelakar, pesan utama yang disampaikan tetap sarat makna. Para tokoh agama sepakat bahwa perbedaan keyakinan bukan alasan untuk berjarak, melainkan menjadi kekuatan untuk saling membangun.

“Kita adalah satu keluarga. Jika satu tersakiti, maka semua ikut merasakan,” ucap Pdt. Marcel Saerang.

Senada dengan itu, Ustadz Abey Ghifran menegaskan bahwa agama sejatinya menjadi pengikat yang mempersatukan umat manusia.

“Perbedaan itu untuk saling menjaga. Refleksi malam ini menunjukkan bahwa pemimpin sejati adalah yang menghargai sesama,” tuturnya.

Sementara itu, Romo Antonius Antara menekankan pentingnya mewujudkan iman dalam tindakan nyata.

“Iman tanpa perbuatan hasilnya nol. Orang yang mencintai dirinya pasti juga mencintai orang lain,” katanya.

Bhikkhu Dhamma Subho menambahkan dengan analogi menawan, “Iman adalah imun. Orang baik, imunitasnya baik. Imun, iman, amin, aman,” ujarnya disambut tepuk tangan hadirin.

Dari perspektif Hindu, Yan Mitha Djaksana mengangkat konsep Tri Hita Karana, yaitu keharmonisan antara hubungan manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan alam semesta.

“Menjaga alam juga bagian dari ajaran untuk menjaga keseimbangan hidup,” ujarnya.

Puncak acara terjadi saat Ustadz Abey mengajak keempat tokoh agama lainnya dan Bupati Malinau bergandeng tangan di atas panggung, diikuti seluruh penonton. Momen tersebut menjadi simbol nyata persatuan di tengah keberagaman.

“Kebaikan selalu punya jalan pulang. Saya akan ceritakan kepada dunia bahwa Malinau bisa menjaga toleransi,” seru Ustadz Abey disambut riuh tepuk tangan.

Acara kemudian ditutup dengan doa lintas agama dan lagu Indonesia Raya yang dinyanyikan bersama seluruh hadirin menciptakan suasana haru dan kebanggaan tersendiri bagi warga Malinau.

Usai kegiatan, Romo Antonius kembali menegaskan makna kepemimpinan sejati.

“Tuhan mengajarkan bahwa jika ingin menjadi yang terbesar, maka jadilah pelayan bagi semua. Seorang pemimpin sejati harus melayani, bukan dilayani,” pungkasnya.

Dialog lintas iman ini tidak hanya mempererat hubungan antarumat beragama, tetapi juga menjadi bukti bahwa Kabupaten Malinau terus menumbuhkan semangat kebersamaan dan toleransi menjadikannya sebagai contoh nyata kehidupan rukun di tengah perbedaan.(Tk12).

Pos terkait