Pemkab Malinau Libatkan 11 Etnis Dorong Penguatan Literasi Sejarah Lokal

Lokakarya Penulisan Sejarah Lokal yang digelar Disbudpar Malinau, Selasa (9/7/2024))

MALINAU, TerasKaltara.id – Pemerintah Daerah Malinau melalui Dinas Kebudayaan dan Pariwisata(Disbudpar) mendorong penguatan literasi sejarah lokal dengan menggelar Lokakarya Penulisan Sejarah Lokal. Kegiatan ini melibatkan representasi dari 11 etnis yang berbeda di Malinau.

Kepala Disbudpar Malinau, Kristian menegaskan tujuan dari kegiatan ini adalah untuk memperkaya literasi sejarah lokal.

“Kami mengundang perwakilan dari 11 etnis yang ada, setiap etnis mengirimkan 3 penulis untuk mengikuti Diklat Penulisan Sejarah Lokal di Malinau,” jelasnya, Selasa (09/07/2024).

Kristian menyebutkan etnis yang terlibat meliputi Tidung, Bulungan, Kenyah, Kayan, Lundayeh, Sa’ban, Tahol, Bulusu, Punan, Abai, dan Tingalan. Mereka diwakili oleh lembaga adat masing-masing.

Kristian menjelaskan bahwa hasil dari lokakarya ini akan dijadikan sumber pengetahuan dalam bentuk tulisan sejarah yang mencerminkan perjalanan dan kekayaan budaya masing-masing Etnis.

“Penguatan literasi sejarah lokal ini diharapkan dapat menjadi jembatan kuat dalam memperkaya pengetahuan tentang kebudayaan dan sejarah di Malinau” ungkapnya.

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Malinau, Dr. Ernes Silvanus mengatakan penulisan sejarah lokal oleh 11 etnis ini harus memiliki ciri khas, yakni autentik atau keaslian cerita.

Cerita sejarah dari 11 etnis di Malinau ini kerap ditampilkan dalam acara kebesaran daerah, baik festival kebudayaan, maupun agenda akbar dua tahunan yakni Irau Malinau.

Biasanya dalam agenda rutin Irau Malinau, kegiatan akbar yang diperingati tiap dua tahun sekali menampilkan kepingan sejarah tiap etnis yang dikemas melalui festival kebudayaan.

“Penulisan sejarah lokal ini banyak manfaatnya. Karena beda dengan menulis artikel biasa, sejarah harus mengandung keaslian cerita. Kita mendorong agar ada hasil, sebaiknya diagendakan Dinas Pariwisata agar bisa ditampilkan pada Irau 2025,” katanya.

Ia menambahkan, dalam penulisan sejarah, penulis ditantang untuk dapat menggali dari beragam sumber yang kompeten.

“Baik itu Saksi Hidup, benda peninggalan sejarah, hingga jejak dan kebiasaan masyarakat menjadi rujukan dalam autentiknya cerita sejarah,” imbuhnya.

Diharapkan dengan adanya kolaborasi lintas etnis dan lembaga adat, Pemerintah Daerah Malinau berupaya meningkatkan pemahaman dan apresiasi terhadap warisan budaya yang beragam dan kaya di wilayah ini, serta mendorong generasi muda untuk lebih mencintai dan melestarikan nilai-nilai budaya lokal.

“Ini dapat menjadi wadah antara pelaku sejarah kita saat ini maupun generasi kita yang akan datang,” pungkasnya. (tk7/saf)

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan