Produk Pupuk Organik Desa Tanjung Nanga, Solusi Produksi Pertanian Murah dan Tanpa Emisi

TERASKALTARA.ID, TANJUNG NANGA | MALINAU – Di tepi jembatan Sungai Seturan, Desa Tanjung Nanga, Kabupaten Malinau tampak tiga perempuan dengan wajah berpeluh namun penuh semangat.

Nurhayati, Ani, dan Santi (anggota Kelompok Wanita Tani Lentong Mareng) menebas rumput-rumput liar yang menjulang di sekitar jembatan. Suara parang beradu dengan batang rumput, disertai tawa ringan di sela kerja keras mereka. Tak butuh waktu lama, hasil kerja tangan itu telah menggunung tinggi, memenuhi bak sebuah mobil pick up hingga seolah-olah membawa gunungan hijau dari hutan.

Namun misi mereka tidak berhenti di sana. Masih dengan secercah tenaga yang tersisa, ketiganya mengarahkan langkah menuju kandang ayam milik gembala Desa Tanjung Nanga. Dari sana, dua karung besar berisi kotoran ayam, masing-masing seberat 20 kilogram, diangkut di atas sepeda motor. Tak ada raut lelah yang tampak, hanya tekad kuat untuk melengkapi bahan-bahan yang kelak berubah menjadi pupuk organik bagi ladang mereka.

Sementara itu, di sudut desa yang lain, suara mesin menderu memecah kesunyian. Udau Ahoi bersama anggota Kelompok Tani Nengayet tengah berjibaku menyalakan mesin pencacah rumput. Bahan-bahan organik yang telah dikumpulkan Ibu-ibu satu per satu masuk ke dalam mesin, hancur menjadi potongan kecil. Tak berhenti di sana, mesin pengaduk dinyalakan, bahan-bahan dicampur dalam mangkuk besar berputar, bertransformasi dari sekadar rumput dan kotoran menjadi cikal bakal pupuk organik berkualitas.

Pemandangan itu hanyalah sebagian dari semangat kebersamaan warga Desa Tanjung Nanga yang tengah mengikuti Pelatihan Pengoperasian Mesin Pupuk Organik pada 20-21 Agustus 2025 di Aula Kantor Desa Tanjung Nanga.

Kegiatan ini difasilitasi oleh KKI Warsi berkolaborasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten Malinau. Tidak tanggung-tanggung, sebanyak lima Kelompok Tani yaitu Kelompok Wanita Tani Pipah, Kelompok Wanita Tani Lentong Mareng, Kelompok Wanita Tani Akah Lentong Mareng, Kelompok Tani Kujang Hae, dan Kelompok Tani Nengayet turut serta. Mereka kini mendapat dukungan nyata berupa seperangkat mesin pupuk organik dari Bank Indonesia.

Pupuk organik kini menjadi upaya penting bagi petani Desa Tanjung Nanga untuk mendapatkan hasil pertanian yang lebih baik, ramah lingkungan, dan berbiaya murah. Kehadiran pupuk organik tidak hanya meningkatkan kualitas hasil panen, tetapi juga mendukung program ketahanan pangan Pemerintah Kabupaten Malinau.

Udau Ahoi, Ketua Kelompok Tani Nengayet, mengisahkan perjalanan para petani yang sempat trauma menggunakan pupuk kimia.

“Kami pernah mencoba pupuk kimia, tapi hasilnya justru menyakitkan. Tanaman kami bukan tumbuh subur, malah mati. Sejak saat itu, kami takut untuk kembali menggunakan pupuk,” ungkapnya.

Namun kini, situasi mulai berubah. Kehadiran pupuk organik membawa angin segar sekaligus harapan baru bagi petani.

“Pupuk organik ini aman, alami, murah dan tidak merusak tanaman. Bahannya juga mudah dijumpai di Desa. Kami sudah mencoba pada sayuran, bahkan pada tanaman keras seperti kakao, dan hasilnya sangat menjanjikan. Inilah yang membuat kami percaya diri kembali,” tambahnya.

Ia juga menegaskan bahwa bantuan mesin pupuk organik dari Bank Indonesia menjadi penyemangat baru bagi petani. Produksi yang sebelumnya dilakukan manual, kini dapat dilakukan dalam skala lebih besar sehingga mampu menjawab kebutuhan masyarakat.

Kepala Desa Tanjung Nanga, Roni Jonatan, menyampaikan apresiasi atas bantuan mesin pupuk organik dari Bank Indonesia serta kehadiran Dinas Pertanian.

Menurutnya, langkah ini sangat berarti untuk mendorong kemandirian sekaligus peningkatan ekonomi desa.

“Pupuk organik hasil produksi masyarakat bisa menjadi produk unggulan Desa Tanjung Nanga. Selain bermanfaat untuk pertanian lokal, produk ini juga memiliki nilai tambah untuk dipasarkan,” ujarnya.

Roni menambahkan, pupuk organik akan dipromosikan melalui ajang Festival Irau pada September mendatang dan Expo Desa se- Kabupaten Malinau, sebagai upaya memperluas pengenalan produk unggulan desa.

Ia juga menyebut rencana pembangunan rumah produksi pupuk organik agar produksi berjalan lebih terpusat, teratur, dan berkelanjutan. Dukungan ini diharapkan semakin memotivasi masyarakat Desa Tanjung Nanga untuk menjadikan pupuk organik sebagai ikon desa sekaligus penguat ekonomi berbasis potensi lokal.

Sementara itu, Peri Anggraeni, Project Officer KKI Warsi, menuturkan bahwa pendampingan yang dilakukan pihaknya bukan hanya sebatas hadir, tetapi menjadi penghubung antara harapan warga dengan dukungan nyata lembaga dan Pemerintah Daerah.

“Upaya ini sejalan dengan program ketahanan pangan Pemerintah Daerah. Selain itu, penggunaan pupuk organik juga tidak menimbulkan emisi seperti halnya pembakaran lahan. Dengan mesin ini, sisa tanam bisa dimanfaatkan, jadi tak perlu ada pembakaran lagi,” tegasnya.

Ia menambahkan pihaknya terus berupaya memastikan kelompok tani dapat terhubung dengan Dinas Pertanian dan OPD Terkait Lainnya agar setiap kendala cepat teratasi. Langkah ini adalah bagian dari upaya membangun kolaborasi yang lebih luas.

“Kami percaya kemandirian desa lahir dari kolaborasi. Dengan bersatunya masyarakat, lembaga, dan Pemerintah Daerah, Desa Tanjung Nanga bukan hanya bergerak maju, tapi juga bisa berdiri tegak dengan bangga melalui produk unggulan yang ramah lingkungan dan rendah emisi karbon, pupuk organik Desa Tanjung Nanga,” pungkasnya.

Pos terkait