TARAKAN, TerasKaltara.id – Pemilihan Wali Kota (Pilwali) Tarakan, berdasarkan Peraturan KPU No.2 Tahun 2024 akan digelar November mendatang. Pendaftaran calon dilakukan akhir Agustus dan penetapan calon di bulan September.
Sejumlah partai pemenang yang menduduki kursi DPRD Tarakan, PDIP mendapatkan 4 kursi dan berpeluang menjadi partai pengusung. Tinggal mencari 2 kursi lagi untuk koalisi, memenuhi syarat 6 kursi untuk maju Pilkada.
Politisi Partai PDIP, Deddy Yevri Sitorus mengatakan waktu masih panjang sebelum partainya menentukan sikap. Saat ini pihaknya belum selesai dalam proses gugatan di Mahkamah Konstitusi (MK).
“Setelah itu (gugatan di MK) selesai baru kita duduk untuk membicarakan soal Pilkada. Sekarang masih terlalu pagi,” ujarnya, Sabtu (30/3/2024).
Pada saatnya nanti, kata dia dari DPP akan mengeluarkan panduan bagaimana melakukan proses penjaringan dan penyaringan. Ia juga menolak membeberkan kemungkinan kadernya bakal diusung untuk maju.
Namun, dalam hampir setiap pertemuan di Tarakan Deddy selalu menyatakan Khairul sebagai kadernya yang luar biasa. Deddy juga mengajak Khairul untuk kembali maju dua periode.
“Disini sudah ada kader luar biasa, tidak perlu pusing. Sekarang masih terlalu pagi, jangan terlalu terburu-buru,” katanya.
Menurutnya, Khairul merupakan pemimpin yang sudah berhasil mengelola anggaran yang lebih kecil sementara dihadapkan dengan jumlah penduduk yang besar dan permasalahan yang lebih kompleks. Harus dilihat juga hubungan Khairul dengan semua kader politik positif.
“Kita tidak mendengar ada ketegangan dengan lembaga legislatif atau Forkopimda yang lain. Keluhan masyarakat tentu tidak semua bisa diselesaikan, karena siklus anggaran. Tapi hal-hal mendasar, basic saya kira tidak ada masalah di Tarakan,” tandasnya.
Sama halnya dengan Pemilihan Gubernur (Pilgub) Kaltara, sampai saat ini PDIP belum memutuskan seperti apa proses penjaringan yang akan dilakukan.
Pria yang juga dipastikan bakal duduk kembali di kursi DPR RI dari Dapil Kaltara ini mengaku belum bisa membeberkan soal mekanisme di partai saat ini.
“Kalau saya katakan sekarang namanya asumsi, itu ibunda dari semua kesalahan. Jadi jangan berasumsi. Tunggu saja, nanti pasti ada waktunya,” pungkasnya. (saf)