Lengkuas; Bocil Aktor Gelak Tawa

Screenshot 20231129 150958 facebook 1 teraskaltara. Id

Alhamdulillah, saya bisa ngakak setelah bertemu (tidak langsung lewat medsos) dengan Lengkuas. Entah siapa nama bocah laki-laki yang pernah merengek minta sekolah (dasar) itu. Publik, terutama etnis Tidung, dan terutama lagi yang tinggal di Tarakan—kota tempat Lengkuas tinggal, pasti mengenal bocah lucu nan menggemaskan itu. Beruntung, kedua orang tua Lengkuas, mendapat anugerah sehebat itu. Kelucuannya yang menghibur merupakan shodaqoh yang Insya Allah menjadi berkah untuk Lengkuas dan orang tua.

Ditengah kejengahan oleh pertunjukan berbagai  “drakor” dan dagelan busuk di republik ini—yang memaksa kita kehilangan banyak tawa, Lengkuas hadir untuk memacu gelak tawa; setidaknya bagi saya dan saya yakin bagi banyak orang. Saya melihat Lengkuas itu sebagai aktor. Sesungguh-sungguhnya aktor. Ia punya talenta, kemampuan, karakter alamiah sebagai seorang aktor. Saya berani menyandingkan Lengkuas dengan para komika atau para presenter komedi reality show. Lengkuas seorang aktor monolog—dalam seni teater, yang mantap. Dan, barangkali mampu tampil dalam film profesional manakala ada kesempatan.

Ini kesan impresif saya. Tak berlebihan. Demikian faktanya. Tak percaya silahkan tonton video-video pendeknya di akun media sosial (facebook) “Rumi; Lengkuas” atau di akun lainnya. Bocil—sebenarnya, itu kadang berperan sebagai laki-laki atau perempuan dewasa, atau bocah dan tampil sebagai dirinya sendiri. Ekspresi, cara bicara, intonasi,  dan gestur tubuhnya betul-betul aktor. Mungkin, ada Ibundanya atau siapa pun yang menjadi sutradara di balik video-video itu. Tapi segala yang ia tampilkan ke hadapan kita sangat natural.

Lengkuas adalah local genius. Ia bocah yang tampil nyaris sempurna—untuk tak mengatakan sempurna yang mungkin terlalu berlebihan—membawa identitas etnis Tidung. Paling tidak dari cara bicara; logat dan dialek. Sementara ia tinggal di sebuah kota yang multietnis dan kultur, di tangah peradaban yang kita tahu banyak menggerus berbagai identitas. Biarlah tetap begitu Lengkuas! Jangan larut oleh gaya para generasi “anjay”. Cukup mereka ‘dorang’ di  Jakarta yang begituan. Lengkuas tetaplah menjadi bumbu penyedap dan penghibur kami para orang tua yang perlu hiburan. Emuchh…!

 

Waliyunu Heriman (Penulis, penyuka canda tawa)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *