Warga Pedalaman Sungai Tubu Rela Tempuh Perjalanan Berhari-hari Demi Meriahkan Festival Budaya Irau 2025

Akses transportasi masyarakat jalur sungai wilayah Kecamatan Sungai Tubu.

TERASKALTARA.ID, MALINAU – Jarak jauh, medan ekstrem, dan biaya transportasi tinggi tidak menyurutkan semangat masyarakat pedalaman Kecamatan Sungai Tubu, Kabupaten Malinau, untuk hadir dan berpartisipasi dalam Festival Budaya Irau 2025.

Warga rela berjalan kaki, menyeberangi jeram, hingga bermalam di desa perlintasan demi membawa hasil alam dan kerajinan tangan ke pusat kabupaten.

Camat Sungai Tubu, Jimmy Sakay, menuturkan, sejak awal pekan jelang festival IRAU sebagian warga sudah bergerak menuju pusat Kabupaten Malinau.

“Mereka membawa produk unggulan seperti anyaman rotan, tampi bambu, saung berbahan daun hutan, hingga bubuk jahe, kunyit, dan cabai hasil kebun. Semuanya disiapkan untuk dipamerkan dan dijual di stan Irau,” ujarnya, pada Sabtu (27/9).

Menurut Jimmy, dua desa dengan akses paling ekstrem adalah Desa Rian Tubu dan Long Titi.

“Ke Rian Tubu hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki lalu dilanjutkan perahu ketinting. Sementara warga Long Titi memerlukan dua hari satu malam perjalanan jika lewat jalur darat dan sungai. Jika hujan deras atau banjir, perjalanan bisa lebih lama hingga tiga hari,” jelasnya.

Kondisi Sungai Kalun yang dipenuhi batu giram atau jeram yang ekstrim dan arus deras membuat perahu ketinting hanya mampu mengangkut maksimal empat penumpang.

Meski begitu, antusiasme tetap tinggi. “Biaya transportasi memang besar, tetapi warga tetap berangkat. Mereka ingin menampilkan budaya dan hasil alam kepada wisatawan,” tambah Jimmy.

Kepala Desa Long Titi bahkan secara khusus meminta izin kepada pemerintah kecamatan Sungai Tubu untuk kembali ke desanya dari pusat kota Malinau, guna mempersiapkan dan menjemput produk khas warganya.

Warga juga menyesuaikan jadwal berladang agar bisa menghadiri festival. “Kami percepat tanam supaya semua bisa ke Irau,” katanya.

Menurut sejarahnya, sebagian besar penduduk Sungai Tubu baru mengenal budidaya pertanian sejak awal tahun 2000-an.

Namun kreativitas mereka berkembang pesat, terlihat dari ragam produk yang akan dibawa ke festival. Bagi mereka, Irau bukan sekadar ajang pameran, melainkan kesempatan langka memperkenalkan budaya sekaligus meningkatkan ekonomi keluarga.

“Walaupun akses sulit dan biaya besar, semangat masyarakat tidak luntur. Ini bukti kecintaan mereka pada budaya,” tegas Jimmy.

Festival Budaya Irau ke-11 Malinau 2025 menjadi bukti bahwa kearifan lokal tetap terjaga di tengah keterbatasan.

Perjalanan panjang warga Sungai Tubu menggambarkan tekad kuat menjaga tradisi sekaligus membuka peluang ekonomi baru di jantung Bumi Intimung.

Pos terkait